Selamat datang di Sudirman Indonesia, semoga anda dapat menemukan inspirasi dari artikel yang kami sajikan

Thursday, August 4, 2011

Puasa

,
Assalamu'alaikum wrwb.

Falsafah dan makna puasa
Puasa adalah kewajiban universal untuk setiap umat manusia dan setiap agama memiliki syariat atau tatacara melakukan puasa. Dan kita sebagai umat islam dan umat Nabi Muhammad SAW meyakini sepenuh hati bahwa puasa adalah kewajiban yang telah disyariatkan untuk setiap muslim/mukmin.
Setiap perintah Tuhan yang telah disyariatkan mengandung konsekwensi logis untuk ditunaikan sebagai sebuah kewajiban dan akan mendapatkan pahala sebagai balasannya bila ditunaikan dengan hati yang tulus dan penghambaan kepada Allah yang Maha Esa.


Puasa bukan sekedar kewajiban rutinitas tahunan, bersyaum, tahan lapar dan berbuka, dan setelah itu tidak berbekas pada psikologis spiritual kedirian, dan juga tidak berepengaruh pada rasa kesadaran social kemasyarakatan, tapi puasa adalah kewajiban yang mesti menggugah kesadaran kesejatian diri kemanusian, ketiggian bertauhid, ketinggian moral, ketinggian akhlak, ketinggian kepedulian dan kontribusi pada social kemasyarakatan dalam rangka amar ma'ruf dan nahil mungkar.


Puasa sebagai sarana memerdekakan
Negeri tercinta Indonesia dinyatakan bebas dari penjajah pada 17 Ramadhan bertepatan dengan 17 Agustus. Turunnya ayar pertama Ikro yang merupakan syimbol pembebasan manusia dari kebodohan dan kebutaan membaca pada bulan Suci Ramadhan. Beberapa peperangan hebat yang berhasil membebaskan sejumlah wilayah oleh para laskar Jundullah juga terjadi dalam bulan suci. Sejumlah prestasi gemilang berhasil diukir oleh para ilmuan terdahulu yang berhasil membebaskan manusia pada ketertinggalan dan keterbelakangan pun diukir pada bulan-bulan suci Ramadhan. 
Secara intrapersonnal esensi puasa sebagaimana dijelaskan diatas tidak sekedar menahan, namun lebih dari itu Puasa merupakan sarana pembebasan dari berbagai kecendrungan kita pada 11 bulan dihari-hari biasanya. Saat berpuasa kita harus terbebas dari rasa ammara, pada saat yang sama kita harus melepaskan diri dari dorongan nafsu penglihatan kita, kita harus melepaskan diri perbudakan nafsu sex yang terkadang membuat kita takluk, tunduk dan patuh karenanya. Dalam puasa juga kita juga harus membebaskan diri kita dari segala pengaruh kebendaan yang selama ini meliputi pikiran dan perasaan kita. Kita harus memastikan bahwa antara diri kita tidak ada lagi sekat dengan Sang Khaliq. Karena Dialah zat yang Maha Agung yang akan langsung memberi penilaian atas puasa yang kita jalankan.Kita harus membebaskan rasa cemas kita terhadap segala sesuatu yang selama ini terlihat seperti absolut keberadaanya, tampak seolah tidak ada kekuatan penentu lain selain dari kekuatan benda itu Bahkan kita harus membebaskan diri kita dari pengaruh pikiran kita yang cenderung mempertuhankan dirinya sendiri. Mengangap pikirannya merupakan hal yang mutlak. Intinya adalah puasa membebaskan kita dari segala pengaruh yang mempertuhankan diri sendiri dan menjadi Hamba didepan Khalik yang sesungguhnya.      

 Puasa sebagai bentuk pendidikan
Puasa merupakan satu cara mendidik individu dan masyarakat dalam mengontrol berkehendak dan berkeinginan dengan pendidikan yang mantap. Tidaklah seorangpun yang berpuasa itu kecuali berusaha mengalahkan kesenangan dari dirinya walaupun diperbolehkan sehingga ia mampu mengalahkan kesenagan yang diharamkan. Ia sedang sadar meninggalkan makanan dan minuman sehingga ia mampu bersabar dan menahan rasa lapar dan haus, walaupun dirasakan amat berat.
Kekuatan kesejatian diri seseorang adalah sejauh mana kemampuan dalam mengontrol dirinya, control hawa nafsunya, dan control egoismenya. Penghambaan kepada Tuhan mensyaratkan bahwa segala aktifitas, kehendak dan keingianan selalu berorientasi pada ketulusan mencari keridhoan Tuhan semata.

Puasa sebagai pembina sifat kebersamaan
Puasa merupakan bentuk kewajiban yang bersifat amali (konkret) bagi suatu sikap kebersamaan yaitu kasih sayang islami. Orang islam bersama-sama merasakan lapar, haus, kenyang dan tidak ada yang istimewa bagi perut bagi seorang islam. Ketika sebelum Ramadhan, seseorang belum merasakan lapar, maka di bulan Ramadhan pasti merasakan lapar dan pedihnya kefakiran.
Puasa sebulan penuh mesti membawa dampak ketinggian moral, rasa solidaritas kemanusiaan, rasa persaudaraan kemanusiaan yang amat dalam, kematangan spiritual dan pendakian spiritual kerahiban Allah SWT. Ketinggian moral dan tanggung jawab pada Allah SWT, karena ibadah puasa tidak ada satupun yang tahu apakah kita berpuasa atau tidak, kecuali diri kita dan Allah SWT. Kelaparan, kehausan dan ketidakberdayaan atas kefakiran, menggugah nurani bagi setiap yang berpuasa , bahwa manusia punya perasaan yang sama bila dilanda atau mengalami hal yang sama. Perasaan yang sama itulah yang dapat membuat kebersamaan kemanusiaan, melahirkan cinta-kasih pada sesama, tanpa memandang ras, warna kulit dan agama sekalipun.

Keistimewaan bulan Ramadhan sebagai bulan puasa
Kalau setiap hari ada waktu istimewa di sisi Tuhan yaitu di 2/3 malam, setiap minggu ada hari istimewa yaitu hari jum'at dan setiap tahun ada bulan istimewa yaitu bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan sebagai bulan penuh berkah, tentu amalan-amalan kita di bulan Ramadhan akan dibalas dengan istimewa disisi Tuhan dengan berlipat ganda. Karena mengandung istimewa, mesti menggugah kesadaran semangat kita untuk berlomba-lomba dalam memperbanyak, baik amalan ibadah ritual maupun amalan ibadah social
Semangat dan kebiasaan dalam bulan suci Ramadhan, membentuk karakter dan mental untuk tetap konsisten dan istiqamah dalam sebelas bulan berikutnya.
Tapi apapun amalan-amalan dibulan suci ramadhaan, semuanya akan kembali pada kualitas kesadaran pengahambaan dan kualitas ketulusan ,kedalaman pemahaman akan makna-makna bathin dari ibadah ritual, sangat menentukan segalanya. Karena itu, yang sampai pada sisi Allah adalah niat kita (makna bathin) bukan materi atau bentuk lahiriah dari sebuah peribadatan kita.
Allah berfirman yang artinya:
"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik, (QS: Al Hajj: 22:37).

MARHABAN YA RAMADHAN
Semoga ridho Allah SWT selalu menyertai langkah kita untuk mensucikan diri Lahir dan Batin.
SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA.

 Sumber: Milis Forum Pengajian Kantor - Khairul Usman

0 komentar to “Puasa”

Post a Comment