Selamat datang di Sudirman Indonesia, semoga anda dapat menemukan inspirasi dari artikel yang kami sajikan

Tuesday, February 7, 2012

DIBALIK GERAKAN SHALAT-1

,
Dalam dinamika hidup, terdapat banyak pilihan-pilihan hidup yang senantiasa hadir disekitar kita. Ini merupakan sunnatullah yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan hingga akhir hayat kita. Setiap saat kita dituntut mengambil keputusan, memilih diantara banyak pilihan yang akan menentukan arah hidup dan tujuan akhir hidup kita. Dalam ilmu mate-matika kita dapat menganalogikan rangkaian pelaksanaan suatu amal hingga buah atau hasil akhir sebagai berikut :

5 + 1 = 6   (angka 5 merupakan modal dasar, + merupakan cara / usaha yang bisa dirubah menjadi -,: atau x, 1 merupakan jumlah jenis usaha yang kita lakukan, = merupakan ikhtiar dan kepasrahan, 6 merupakan hasil akhir, goal atau pahala kita). Kita menjalankan berbagai macam usaha kita dengan usaha dan cara yang berbeda, kadang kita harus membagi diwaktu yang sama dituntut untuk mengali, menambah atau mengurangi. Ini semua merupakan bagian dari rangkaian amal yang kita jalankan. Jika kita mengingingkan hasil yang lebih maka kita sesungguhnya bisa mempersiapkannya dari awal.



Kita bisa memutuskan jenis usaha yang kita akan ambil, kita bisa menentuakan sikap dari awal kita memulai suatu amal.  Kita tidak di didik untuk berfikir instan apalagi berlaku zolim, jalan pintas atau korupsi, kita tidak bisa merubah hasil akhir yang kita peroleh dengan cara yang tidak benar. Dengan melihat analogi penambahan diatas, kita hanya boleh merubah angka 6 (enam) dengan cara terlebih dahulu merubah deretan formula "5+1" atau dengan kata lain merubah modal dasar kita, merubah cara kita, merubah jumlah usaha kita atau merubah salah satunya.

Karena sistematika kehidupan kita selalau dihadapkan pada yang demikian, maka kita dituntut untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Disinilah perang kita sangat di perlukan. Kita butuh karakter yang kuat serta keyakinan yang kokoh untuk melihat setiap fenomena yang terjadi dihadapan kita untuk kita memilih dan mengambil keputusan. Mungkin inilah hikmah kenapa Allah menetapkan rangkaian gerakan dasar dalam diri kita yang bernama SHALAT untuk di stimulasikan dalam diri kita secara terus menerus sepanjang hidup kita. Beberapa karakter dasar yang dapat kita ambil hikmahnya pada setiap gerakan yang ada dalam sholat dapat direnungkan sebagai berikut:     


1 Bersih: karakteristik ini merupakan karakter dasar yang sangat menentukan bagi setiap pribadi kita. Istilah yang sering menjadi rujukan adalah “kebersihan adalah bagian dari iman”. Dibagian manakah kebersihan diperlukan? Kami menempatkan “Kebersihan” sebagai basic dari setiap aktivitas yan kita lakukan baik yang besifat ibadah Ritual atapun ibadah aktual. Sebagaimana yang kita fahami bersama bahwa setiap amal ibadah dalam Islam harus dilandasi oleh kesucian dan kebersihan. Beberapa praktek ibadah dalam islam dapat menjadi rujukan antara lain: sholat, sebelum melaksanakan sholat terlebih dahulu haruslah bersuci/berwudhu.

Demikian juga dengan zakat, baik zakat fitroh atau zakat harta keduanya merupakan pola yang ditetapkan oleh Allah untuk membersihkan harta atau jiwa. Bahkan dalam berdo’a pun sebelum melantunkan do’a dan harapan kepada Allah, adabnya dianjurkan  untuk Istigfar terlebih dahulu yang artinya membersihkan diri dari dosa sebelum berdialog dengan Zat yang maha suci, dan berbagai amal ibadah lainnya. Dari beberapa contoh tersebut maka jelaslah bagi kita bahwa “kebersihan adalah pondasi iman”. Dengan budaya bersih, kita akan terbiasa hidup dengan pola yang sehat, terbiasa berperilaku benar dan tidak terbiasa  hidup diwilayah abu-abu apalagi hitam.

Dalam konteks social, kita terbiasa jujur, terbuka dan mengambil hanya yang jelas sumber atau hukumnya, tidak bermental koruptip atau menipu. Betapa indahnya jika budaya bersih ini diterapkan secara berjenjang mulai dari diri sendiri, dari lingkungan keluarga, dari lingkungan pedesaan hingga membawa budaya positif ini pada lingkungan perkotaan. Inilah makna berwudhu, bersuci yang kita lakukan (stimulasikan) pada setiap hendak melakukan sholat atau ibadah yang lainnya.    

2.Disiplin: Seluruh amal ibadah sesungguhnya memiliki aturan dan syarat tersendiri, prasyarat (sunnah) tersebutlah yang mengatur kapan,dimana, bagaimana, dengan apa dan dengan siapa kita akan melaksanakannya. Jika kita melanggar aturan atau tidak memenuhi persyaratan, maka amal kita tidak masuk dalam kategori  ibadah, dan jika sebagian atau seluruh ibadah kita tertolak maka kita akan rugi karenanya. Waktu kita sangat terbatas, perlu diperhitungkan dengan ketat dan efektif agar seluruh aktifitas kita masuk dalam kategori ibadah. Untuk dapat memenuhi persyaratan sebagai ibadah pada setiap amal yang kita akan laksanakan, diperlukan kedisiplinan dalam melaksanakan aturan yang dipersyaratkan. Secara umum terdapat 3 komponen utama dalam setiap amal  yang harus dilakukan dengan BENAR agar bernilai  ibadah. Ketiga komponen ini merupakan satu kesatuan yang melekat pada setiap proses aktivitas amal yakni, niat/planning, cara/proses dan orientasi /tujuan. Salah satu komponen yang dilakukan dengan salah maka, aktifitas amal  kita tidak akan bernilai ibadah alias disoriented. Salah satu contoh adalah niat, ini merupakan bibit amal yang akan ditanam dan merupakan penentu buah apa yang akan kita tuai, apakah buah ibadah atau tidak, tanpa niat solat yang kita kerjakan hanya akan menjadi tontonan atau olah raga fisik semata. Cara / proses ibadah yang kita kerjakan secara tertib dan disiplin adalah langka-langka atau tata cara yang dicontohkan oleh Rasul SAW. Proses/langkah-langkah ini sangat menentukan hasil akhir amal kita, sehingga Allah mengingatkan kita untuk tidak mengikuti langkah-langkah syaitan (QS :Al baqorah.), dengan tatacara ibadah yang benar berarti kita selaku makhluk telah memilih akhlak yang tepat untuk beribadah kepada Sang Khaliq. Inti dari disiplin adalah ketaatan, ketundukan terhadap aturan, action plan, instruksi kerja yang sudah ditetapkan sebelum menjalankan segala macam aktivitas. Ketaatan terhadap aturan, tata cara, pola, instruksi kerja yang benar. Disiplin adalah karakteristik utama yang sangat dibutuhkan dalam membangun desa, dengan budaya disiplin masyarakat dengan mudah dapat diorganisir/diarahkan dengan baik, masyarakat dapat meningkatkan produksi tanaman / ternak, dapat mewujudkan kesejahteraan secara bersama, dapat berbagi peran antar satu warga dengan warga yang pada akhirnya akan bersinergi menjadi satu kekuatan perubahan yang lebih baik dengan izin Allah SWT. Simulasi waktu sholat.          

3. Penegak Kebenaran, Sholat adalah syimbol kebenaran, seluruh gerakan shalat telah mewakili seluruh jenis penghormatan yang ada di muka bumi ini. Nilai-nilai kebenaran yang distimuluskan dalam rangkaian sholat 5 waktu adalah pola hidup dasar yang langsung diajarkan oleh Allah SWT lewat utusan yang sekaligus model kehidupan ummat manusia yang bernama Muhammad. Dari pribadi-nya lah tereflexi seluruh kebenaran Al qur’an yang kemudian menjadi panduan (guide line) kehidupan. Karena Allah maha tau bahwa setiap kita belum punya pengalaman hidup didunia sebelumnya, masih awam tentang segala ketetapan (sunnatullah) yang akan berlaku di dunia ini sementara pada waktu yang sama kita diberi tugas mulia oleh-Nya untuk menjadi Khalifa (QS:2:   ), maka atas kasih dan sayang-Nyalah dikirim panduan dasar (manual book) kehidupan lewat utusan khusus bernama Nabi &/Rasul, mulai dari periode pertama Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW. Seluruh manusia yang telah diangkat menjadi Nabi / Rosul  pada setiap periode ke-Nabi-annya membawa misi  yang sama yakni Menegakkan “Kebenaran”. Dalam proses kehidupan social masyarakat akan lahir beragam nilai-nilai kultur dan budaya, ada yang  positif (membangun) dan ada pula yang negative (merusak). Disinilah fungsi  kekhalifahan manusia diperlukan, kepemimpinan yang secara individu ataupun dalam komunitas masyarakat yang senantiasa bijak namun dengan tegas berpihak pada kebenaran. Inilah pribadi merdeka, yang dapat berdiri tegak ditengah kondisi social budya masyarakat yang nyaris tanpa pembeda antara benar dan salah, yang dapat bangkit sembari mengangkat ke2 telapak tangan, menyeru kepada diri dan sekitarnya bahwa Zat yang maha besar hanyalah Allah, bukan yang lain. Inilah pribadi yang secara terus menerus menstimulus dan membesarkan jiwanya untuk tidak hanyut oleh pengaruh kebesaran dan kehormatan yang sedang dipertaruhkan oleh sesama ummat manusia. Hidup dan matinya dipasrahkan hanya kepada Sang pemilik kehidupan, dia memulai segala sesuatu atas nama Tuhan yang Maha Kasih dan Sayang,  memulai pekerjaan dengan rasa syukur, dan dengan penuh kasih dan sayang, pemilik pribadi visioner melampaui usianya, yang berjalan diatas jalan orang-orang sukses terdahulu yaitu orang-orang yang telah diridhoi oleh Tuhannya.

4. Hormat terhadap diri sendiri dan orang lain (QS:        ) sayangilah dirimu sebagaimana Allah menyayangi dirimu. Dalam kehidupan kita sehari-hari kita akan bertemu dengan berbagai lapisan masyarakat, mulai dari adik, sebaya,kaka,orang tua, kakek/nenek, masyarakat, pemimpin, abdi dalem, raja dll juga dari berbagai suku dan budaya.  Agar tidak dicap sebagai manusia yang tidak beradab maka perlu memahami etika pergaulan baik menurut tingkatan social atau ras dan bangsanya. Kesemua tingkatan serta ras dan budaya memiliki tatanilai dan budaya yang berbeda pula. Untuk bisa berlaku hormat dan menghargai sesama, apakah harus memahami seluruh tradisi dan budaya disetiap masyarakat yang ada diatas bumi ini? Apakah terlebih dahulu harus menjadi bagian dari suatu komunitas /ras/bangsa untuk bisa berlaku hormat dengan baik dan benar? Jika demikian, kita harus menyiapkan waktu dan tenaga serta biaya yang cukup banyak untuk mempelajari berbagai tradisi dan budaya penghormatan yang ada dimuka bumi ini, agar kita termasuk orang yang trampil dalam menghormati setiap bangsa atau golongan diluar dari pribadi tau golongan kita, “repot sekali  ya?”. Sepertinya kita tidak cukup waktu untuk mempelajari itu semua, mengingat waktu kita sebagian besar harus dicurahkan untuk mengurus usaha bisnis, pertania, peternakan, perikanan dan lain-lain. Kita tidak mungkin pergi berdiam disuatu negeri demi balajar budaya dan cara penghormatan suatu kaum sementara lahan pertanian kita terbengkalai. Sholat yang kita lakukan setiap 5 x sehari mengajarkan bagaimana sikap hati dan tindakan kita dalam menghormati diri sendiri dan sesame ummat manusia. Dalam kehidupan kita sehari-hari, tidak terlalu masalah bagaimana gaya penghormatan kita terhadap sesama, mau sekedar menganggukkan kepala, menunduk setengah badan sambil meletakkan tangan di pundak atau dibawahnya dan meletakkan tangan lainnya di dada atau di jidat atau membungkuk ala tradisi bangsa Jepang sambil mengucap sesuatu, yang penting adalah kita menghormati sesama. Jika kita merujuk pada budaya penghormatan yang kita bangun lewat gerakan Sholat maka disaat kita menghormati orang lain sikap mental kita adalah mengagungkan Allah, pada saat kita harus hormat yang disimbolkan ruku alam sholat maka sikap ruku kita bukan dalam rangka menghamba atau mengharap sesuatu dari orang yang kita hormati namun semata mengagungkan Zat yang maha Agung. Dengan demikian maka dengan siapa pun kita bertemu maka kita akan melakukan penghormatan yang sama tulus murni karena Allah, dengan cara ini kita akan mengagungkan Allah lewat setiap mahluk ciptaan-Nya yang dipertemukan dengan kita dan Insya Allah bernilai ibadah, namun jika terjadi pemaksaan atau sikap tidak terpuji lainnya dari orang yang saat ini berada didepan kita maka segera ambil sikap ke-2. Namun jika standard kompetensi penghormatan ini juga telah berlaku pada orang yang kita temui maka insya Allah akan menjadi silaturrahiim yang diberkahi.  

5. Pasrah, dalam kultur masyarakat ber-iman semua manusia sama kedudukannya,  tidak terkecuali seorang Imam, yaitu orang yang memimpin didepan masyarakat (ma’mum). Ketika berdiri, maka sang pemimpin harus lebih dulu berdiri, jika ruku / hormat-menghormati maka leader justru lebih banyak ruku-nya, lebih bersahaja dan lebih berwibawah karena peribadi-nya yang sederhana, tidak gila dihormati, apalagi gila kekuasaan. Kepemimpinannya bukan karena banyak harta, namun karena banyak sujud, lebih dekat dengan Allah dan insya Allah lebih Taqwa. Sujud adalah symbol kepasrahan & ketundukan, namun ketundukannya bukan pada manusia yang terhormat, yang berkuasa, yang diraja, yan dipertuan agung, bukan!. Karena orang yang ada didepannya pun tidak tampak duduk disingga sana-nya namun turut ber sujud bahkan lebih dulu sujud. Bukan pula orang yang dulu telah berjasa membawa risalah agama haq ini lewat perjuangan harta dan nyawa hingga sampai ketangan kita, sama sekali bukan. Karena beliau pun turut bersujud dan memohon ampun seperti kita, bahkan jauh lebih takut dari kita. Lantas tunduk kepada siapa? “Mahasuci Allah, Zat yang  yang maha Tinggi” yang ketinggiannya hanya terbatas pada kehendak-Nya. Seluruh isi alam semesta bahkan sujud dan tunduk kepada-Nya. Kepasrahan adalah tingkat kecerdasan tertinggi, seseorang yang mengalami kepasrahan dipastikan telah melakukan segala daya upaya yang dianggap perlu dan mampu ia lakukan. Dia sadar bahwa kekuatan yang dia miliki sangat terbatas, sehingga tidak terus-menerus menyiksa diri melakukan hal diluar batas kemampuannya, tidak juga berputus asa. Segala kondisi selalu berujung pada kepasrahan, baik dalam keadaan yang dikuasai apalagi diluar dari kendali dan kekuasaan. Kepasrahan merupakan ujung dari setiap ikhtiar yang dilakukan-nya. Inilah puncak kemerdekaan bagi setiap manusia beriman, mereka belajar, mengajar, meneliti, berusaha, bersilaturahim, berkuasa, bertransaksi namun tidak berbangga hati apalagi takabur dengan prestasinya. Kepuasan & kebahagiaan batin pada setiap prestasi  yang diperolehnya diexpresikan dengan cara yang tepat dan benar. Sikapnya senantiasa optimis, semangat dan energi perubahan, perbaikan, daya cipta dan daya inovasi selalu terbarukan. Gaya hidupnya sarat dengan makna dan minus kesia-siaan, karena sadar bahwa hal yang terdekat dalam hidupnya adalah kematian. Kepala yang penuh logika-logika liar senantiasa distimulus melalui sujud secara berulang-ulang hingga membentuk keseimbangan hidup, kesadaran bahwa kecerdasan manusia tidak akan membuatnya abadi di dunia, kehebatan manusia tidak akan membuat malaikat petugas pencabut nyawa menghindarinya. Harta yang dikumpulkan dengan berbagai trik tidak dapat digunakan untuk memesan kaplin surga yang abadi. Prestasi dan seluruh karya-karyanya diarahkan untuk kemanfaatan bagi sebanyak-banyaknya manusia. “semangat, giat,gigih dan tawakkal” adalah pribadinya.         
       
6. Berpengaruh/Powerfull: Didalam tatanan masyarakat berlaku sebuah kaidah bahwa orang yang lebih kuat dapat menguasai yang lemah, yang lebih kaya menguasai yang miskin, yang cerdik dapat memperdaya yang bodoh, yang berpengaruh dapat mengendalikan pengikut dll. Demikianlah hukum kausalitas berlaku, disetiap masyarakat yang lemah selalu muncul pemimpin dengan cara dan gayanya masing-masing. Lantas bagaimana kekuasaan seharusnya dijalankan?  Diantara sujud dalam sholat ada  dua jenis duduk yaitu duduk I’tidal dan duduk tasyahud. Keduanya berbeda dalam sikap mental (bacaan) namun memiliki kesamaan posisi. Duduk merupakan posisi yang stabil, mapan dan bijaksana  

7. Menebar Keselamatan; Memberi salam kepada orang lapar dengan makanannya, memeberi salam kepada yatim piatu dengan perlindungan, memberi salam kepada, orang bodoh dengan ilmu, fakir miskin dengan  zakat, infaq & sedakoh, orang lemah dengan powernya dll. Intinya menebar salam dengan berbagai bentuk sesuai dengan situasi dengan kondisi yang dia temui. Inilah tujuan akhir dari sebuah proses pembangunan karakter dan pembangunan sebuah peradaban yang salam yakni menjadi "rahmat bagi seluruh alam".

8. Organisator (berjamaah), Ciri dari masyarakat maju adalah well organized. Selalu melakukan sesuatu secara sinergis dengan pihak lain. Selalu berorientasi pada kebersamaan dan keharmonisan bersama dan carapandannya multidimensional. Sitiap ingin mengambil keputusan selalu mempertimbangkan manfaat dari seluruh aspek, tidak sepihak apalagi zolim akibat dorongan nafsu ingin memenuhi kehendak sendiri.

Rangkaian proses simulasi yang dilakukan secara terus menerus merupakan subuah bentuk kasih sayang dari Allah yang maha kasih dan sanyang, agar kita bisa terjaga dan terbebas dari perilaku & karakter buruk yang siap memperdaya kita setiap saat. Semoga manfaat.

  


      

0 komentar to “DIBALIK GERAKAN SHALAT-1”

Post a Comment