Selamat datang di Sudirman Indonesia, semoga anda dapat menemukan inspirasi dari artikel yang kami sajikan

Monday, April 11, 2011

Menyekolahkan vs Mendidik Anak.

,
Anak-anak saya kini sudah sarjana semua, tugas saya selaku orang tua sudah selesai”.
Setiap orang mendambakan keturunan yang lebih baik bahkan keinginan tersebut melampaui kondisi dari diri sang orang tua itu sendiri. Cita-cita seperti ini terjadi pada setiap orang yang memiliki keturunan tidak terkecuali orang tua yang secara ekonomi tergolong kurang mampu. Yang membedakan adalah kesempatan dan dukungan untuk mencapai keberhasilan sang anak. Kesempatan dan dukungan fasilitas   bukanlah faktor dalam keberhasilan seorang anak, tapi faktor motivasi dan daya juanglah yang akan menjadi faktor penentu keberhasilan.

Dewasa ini peran orang tua sudah bergeser pada situasi mental yang serba materialistik, hal ini berpengaruh pada cara pandang dan pola didik terhadap sang anak. Sebagian orang tua bahkan menyerahkan sepenuhnya pendidikan kepada orang lain / lembaga pendidikan. Ada beberapa faktor penyebab dari perilaku orang tua tersebut, faktor kesibukan pekerjaan atau berkarier yang menyebabkan orang tua sulit membagi waktu buat anak. Akibatnya pendidikan dan pengasuhan anak sepenuhnya diserahkan kepada orang lain bahkan sangat bergantung pada lembaga didik yang namanya sekolah. Lantas apa yang menbedakan antara orang tua yang berpandangan nilai dengan materi?
Bagi orang tua yang  berpegang pada tata nilai, anak merupakan ladang investasi masa depan yang perkembangan dan prilakunya merupakan tantangan dan peluang untuk menanamkan modal nya baik yang berupa materi maupun integritas moral seperti kejujuran, tanggung jawab, keberanian, kemandirian,  kedermawanan, empati, simpati, kesabaran dll, bahkan harapan orang tua jauh  melampaui batas kehidupan masa kini. Dari anaklah sang orang tua menggantungkan harapannya untuk diselamatkan dari tuntutan pengadilan akhirat.  Sebagai investor yang baik, orang tua tidak akan menyia-nyiakan waktu sedikitpun untuk berinvestasi pada peluang yang ada pada sang anak, terutama diusia pertumbuhan dimana anak masih belum banyak terkontaminasi oleh pengaruh dari investor yang lain yang tidak memiliki standar nilai. Dia senantiasa akan mengamati setiap tingkah pola anak dan memanfaatkan setiap peluang baik untuk berinvestasi. Tidak dipungkiri bahwa membesarkan anak meman butuh materi yang banyak jika ingin memperoleh fisik yang bagus. Namun tidak kalah pentinya adalah bagaimana mendidik anak untuk memperoleh harta dan kedudukan dengan cara yang baik menurut standar nilai, bagaimana cara kita memperoleh materi dengan cara yang baik dan mengajarkan kepada anak tentang cara kita mendapatkan rezeki dengan cara yang baik menurut standard kompetensi  akhlak mulia. Dengan demikian maka seluruh pola dan gaya hidup kita akan menjadi contoh dan panduan bagi sang anak untuk menjalani kehidupannya dimasa yang akan datang.
Kedua pola didik tersebut menunjukkan perbedaan yang tajam yang tentu saja akan berujung pada hasil yang berbeda pula. Jika kita berpikir bahwa tugas utama orang tua adalah menyekolahkan anak, maka pikiran dan tindakan kita akan terfokus pada:
1.       Berapa biaya yang harus saya siapkan untuk sekolah?
2.       Sekolah apa yang terbaik untuk anak saya
3.       Bagaimana karier saya bisa menopang kebutuhan anak saya untuk bersekolah ditempat yang terbaik.
4.       Bagaimana waktu saya bisa saya habiskan untuk mencari materi sebanyak banyak nya untuk kehidupan anak saya, bahkan ditempat yang terbaik.
5.       Bagaimana waktu saya habiskan untuk mencari materi sebanyak banyak nya untuk kehidupan anak saya, bahkan anak cucu saya?
    Namun jika sebaliknya, maka kita pun akan berfikir dan bertindak dengan pola yang berbeda dan pasti hasilnya juga akan berbeda. Mari kita fokuskan pikiran kita pada cara bagaimana mendidik Anak. Pola ini akan membantu kita bertindak arif dan dapat melepaskan diri dari alibi dan berbagai alasan  untuk tidak mendidik anak. Disamping itu kita dapat terlepas dari kehkawatiran yang berlebih tentang masa depan anak, karena kita yakin bahwa nilai akhlak dan ketangguhan mental merupakan modal utama yang dapat menjamin keamanan, kesuksesan anak dimasa yang akan datang. Kita yakin bahwa kesuksesan anak sangat tergantung pada karakter  kepribadian dan mental yang diwariskan dari Orang tua.
Jika kita berfikir untuk mendidik anak maka kita akan mengoreksi keseluruhan keperibadian kita sendiri, apa yang layak dan tidak layak untuk kita wariskan ke anak. Kita juga akan senantiasa melibatkan anak kita pada setiap proses yang dilakukan untuk membentuk keperibadian dan mental yang baik yang sesuai dengan kebutuhan jamannya. Akhirnya “ semakin banyak kekurangan yang kita miliki, semakin besar pula peluang sang anak untuk mengkaji dan mengambil pelajaran dari realitas yang dihadapi” . Kita hanya butuh kesabaran untuk mendidik jiwanya untuk siap menghadapi zaman yang sangat berbeda dengan zaman kita. (Pdcb)     

0 komentar to “Menyekolahkan vs Mendidik Anak.”

Post a Comment